Friday, May 4, 2007

10 Oktober 2006

Selamat pagi, untukmu yang senantiasa tersenyum pada saat luka-luka di hatimu sudah terhapus rapih. Pada saat cerita akan dilanjutkan. Tak gontai kakimu berjalan, menelusuri lorong yang sudah engkau impikan.

Selamat siang, untukmu yang kini hinggap dalam irama hidup yang sudah tak ramah lagi. Pada saat sengatan mentari menguji ketegaran sang hati. Hingga dirimu tahu bahwa angin yang senantiasa hadir di siang ini sengaja datang tuk melipur lara.

Selamat malam, untukmu yang sudah berbagi suka dan duka dengan heningnya suasana. Tatapan tajam matamu ke ujung sana yangkerap kali membuatmu merasa ingin hidup seribu tahun lagi. Atau lusuhnya hatimu yang menghanyutkanmu ke lembah kematian yang memilukan.

Di manakah kita temukan lagi energi dari episode yang telah dipentaskan? Akankah kehalusan budinya menghangati rongga-rongga tubuh kita sehingga kehadirannya tidak pula kita sangsikan? Akankah semuanya mengambil alih perhatian putaran episode hari ini? Ataukah kehadirannya tak sedikitpun menyentuh alam imajinasi yang sebentar lagi akan menguak membisukan suasana saat ini?

Bukalah alunan lagu kehidupan dalam setiap lembaran album kenangan di kamarmu itu. Engkau akan dapati suasana dan dirimu pun terhanyut dalam nada-nadanya. Berdendanglah dan nyanyikan kembali, jika kegundahan dan kegaduhan hatimu tak sempat melupakan lirik-lirik lagunya. Rasakan getar energi yang datang menghampiri dengan perlahan….. di sanalah engkau akan temukan jati dirimu. Sebab nampaknya bunga-bunga mekar sudah melalui fase-fase perjalanannya.

Lihatlah dirimu di pagi hari. Kecil mungil dicumbui udara segar yang tak henti-hentinya membuatmu gembira dan tertawa. Tak satupun beban yang mesti engkau pikul….sebab cerita baru saja dimulai. Hingga dirimu mengenal bahasa-bahasa, warna-warni dari alammu, gunungmu, anginmu, rindangnya pepohonan, rumahmu, ibu-bapakmu, bangunan sekolahmu dan juga hiruk pikuknya putaran bumi. Sang waktupun mengabarimu bahwa janganlah terhenti meniti cerita demi cerita. Tengoklah, lalu dengarkan, hingga engkau paham dan dendangkan lagu-lagu kebangkitanmu, sebab dirimu masih terpaut dalam dimensi waktu pagi itu. Nyanyian riang gembiramu, suara lantangmu memekik nadi untuk terus mengukir prestasi. Dirimu berlari…………dan terus berlari, begitu angkuhnya mengejar segala mimpi-mimpimu.

Paras elok hingga kecantikanmu semakin tampak, berseri dan ceria sepanjang waktu, lincah dan mempesona memberikan kesegaran pada bunga-bunga alam raya ini. Hatimu tegar bak batu karang di lautan sana, tak pernah surut dari kejaran segala obsesimu. Dan engkaupun terus berlari…….. dan terus berlari ….. di pagi itu.

Hingga siangpun menjemput………
Tengoklah dirimu di siang itu.
Ada Belasan ruang yang mesti engkau lalui. Engkau pun terhenti sejenak dan memandang tajam ke depan sesekali menengok ke belakang hingga membuatmu semakin sadar bahwa pagi telah jauh beranjak.

Selamat datang di suasana siang, Nak! Demikian ungkapan sang mentari, seakan suaranya memekik telinga hingga engkaupun bergetar. Langkah demi langkah mulai engkau lambatkan dan terkadang terhenti. Semakin lama semakin berat beban yang engkau pikul. Lihatlah dirimu di lembaran kenangan itu. Tubuh lusuh, gontai tak bersepatu mengayuh impian yang tak kunjung bertepi. Wajahmu pucat penuh cemas dan marah.

Lagu yang engkau nyanyikan sudah tak berirama lagi, tersilap jeritan udara yang semakin memanas dan menggerogoti kesabaran hati nurani.

Engkau saksikan di hamparan padang kehidupan itu Pohon-pohon kebajikan telah tercerabut dari akar ketundukan kepadaNya, kebodohan di mana-mana, kemiskinan begitu merajalela, kekerasan dan pengasingan begitu membelenggu kebebasan dan harkat martabat kemanusiaan. Rasa cintamu telah dicuri, dirampas orang-orang yang hanya mengumbar egonya. Seluruh tubuhmu merasakan kepahitan dan kesakitan, menjerit menyuarakan tangis yang mendalam.

Sesekali kebahagian itu datang menghampiri hingga sedikit saja engkau rasakan, akhirnya diapun pergi………….air matamu melepas kepergiannya.

Hingga akhirnya engkaupun menemukan sandaran, untuk sedikit memberikan ruang bagi nurani, untuk melihat segalanya lebih jelas lagi, lebih paham lagi dan lebih baik lagi.

Engkaupun tertunduk, tak kuasa menahan gejolak yang enggan pergi dari sisi batin yang menjerit-jerit. Cintapun kembali tumbuh, namun bersemi dalam kebekuan suasana, yang hanya menampilkan pengingkaran-pengingkaran dan kebohongan-kebohongan, kepalsuan yang dibungkus oleh benih-benih kepasrahan perjalanan hidupmu..

Engkaupun tertegun dan hendak memilih untuk diam atau beranjak diri menuju keheningan malam
Engkaupun hapus panasnya siang itu dengan dinginnya malam,
Engkau bisukan kebisingan siang itu dengan keheningan malam,
Engkau lari dan bersembunyi di balik kegelapan malam,
Engkau gantikan mentari dengan bintang dan rembulan malam,

Teruskan…….teruskanlah….., bukalah terus album kenangan itu, nampaknya masih ada sepenggal cerita yang hendak kita renungi di kamar ini.

Namun malam begitu sunyinya, hingga engkaupun masih tertegun dan membisu. Dan memang seperti itulah malam, sunyi senyap mengajak kita untuk mengarungi semua hal dari diri kita. Membawa kita untuk melihat sisi-sisi keputusan langkah kita secara lebih jernih lagi, hingga semuanya kelihatan lebih jelas.

Engkaupun telah titipkan rasa cintamu pada bingkai kesucian malam itu. Memapah kembali perjalanan yang belum usai, meniti kedamaian hati yang dulu terkoyak dan rapuh tatkala engkau kan tertidur

Dengarkanlah bunyi seruling malam yang aku nyanyikan. Mudah-mudahan takkan membuatmu lupa, penghayatan mengajakmu kepada saat-saat kehadiranku dihatimu.

Berhentilah sejenak pada lembaran kenangan ini…….
Sebab di sana tersembunyi keangkuhan hatiku yang tak bisa melupakanmu
Keengganan berpaling, mesti semuanya telah menjadi jelas

Dengarkanlah….dan janganlah engkau tutupi telingamu, sebab nyanyianku adalah nyanyian kerinduan akan kebahagiaan dirimu
Resapi suara serulingku pada setiap kali datangnya
Kenanglah diriku sepanjang hayatmu
Tercatat dalam luapan emosi di malam ini……..
Terdiam dan terbisu
Tatkala tangan-tangan ini menghelus debu-debu
Tersingkap untaian perjalanan indah
Tertulis rapih dalam kenangan
Yang tersimpan membeku dalam benak angkuh ini
Tak kuasa merengkuh cerita baru

10 Oktober 2006
Kan
kuobati segala pilu
Kan kuusap segala derau tangis
Kuhadapkan keyakinanku
Kugiring kesediaanku tuk membahagiakanmu
Meskipun hanya sebuah harapan yang menggebu……namun aku sangat yakin

Marilah kita bercerita
Tentang perjalanan esok hari
Saling berbagi dan saling menyokong
Sejuta mimpi yang hendak aku bawakan untukmu
Sepercik cahaya cinta aku dambakan darimu
Hingga kita bisa menancapkan obor kehidupan di hati kita

10 Oktober 2006
Ku kan datang menjemputmu
Di taman bunga yang indah
Aku bawakan seutas tekad yang membaja
Bahwa aku menjagamu dari segala gundah dan duka
Kita saling memberi arah perjalanan
Hingga hati kita senantiasa bersatu dalam naungan kasih dan sayang

10 Oktober 2006
Mari kita bersama mengurai segala persoalan
Yang sering mengisi kepenatan kita


No comments: